Ikatan Kimia dan Tata Nama Senyawa
Kimia
Dalam tulisan ini, kita akan
mempelajari tentang pembentukan beberapa jenis ikatan kimia, seperti ikatan
ionik, ikatan kovalen, serta ikatan kovelen koordinasi. Selain itu, kita juga
akan mempelajari cara penulisan rumus dan tata nama berbagai senyawa kimia.
Natrium termasuk logam yang cukup
reaktif. Unsur ini berkilau, lunak, dan merupakan konduktor listrik yang baik.
Umumnya natrium disimpan di dalam minyak untuk mencegahnya bereaksi dengan air
yang berasal dari udara. Jika sepotong logam natrium yang baru dipotong
dilelehkan, kemudian diletakkan ke dalam gelas beaker yang terisi penuh oleh gas klorin yang berwarna hijau
kekuningan, sesuatu yang sangat menakjubkan akan terjadi. Natrium yang meleleh
mulai bercahaya dengan cahaya putih yang semakin lama semakin terang.
Sementara, gas klorin akan teraduk dan warna gas mulai menghilang. Dalam
beberapa menit, reaksi selesai dan akan diperoleh garam meja atau NaCl yang
terendapkan di dalam gelas beaker.
Proses pembentukan garam meja adalah
sesuatu yang sangat menakjubkan. Dua zat yang memiliki sifat yang berbeda dan
berbahaya dapat bereaksi secara kimiawi menghasilkan senyawa baru yang berperan
penting dalam kehidupan.
Natrium adalah logam alkali (IA).
Logam natrium memiliki satu elektron valensi dan jumlah seluruh elektronnya
adalah 11, sebab nomor atomnya adalah 11. Klorin adalah unsur pada golongan
halogen (VIIA) pada tabel periodik. Unsur ini memiliki tujuh elektron
valensi dan jumlah seluruh elektronnya adalah 17.
Gas mulia adalah unsur golongan
VIIIA pada tabel periodik yang sangat tidak reaktif, karena tingkat energi
valensinya (tingkat energi terluar atau kulit terluar) terisi penuh oleh
elektron ( memiliki delapan elektron valensi, kecuali gas helium yang hanya
memiliki dua elektron valensi). Meniru konfigurasi elektron gas mulia adalah
tenaga pendorong alami dalam reaksi kimia, sebab dengan cara itulah unsur
menjadi stabil atau “sempurna”. Unsur gas mulia tidak akan kehilangan,
mendapatkan, atau berbagi elektron.
Unsur-unsur lain di golongan A pada
tabel periodik mendapatkan, kehilangan, atau berbagi elektron valensi untuk
mengisi tingkat energi valensinya agar mencapai keadaan “sempurna”. Pada
umumnya, proses ini melibatkan pengisian kulit terluar agar memiliki delapan
elektron valensi (dikenal dengan istilah aturan oktet), yaitu unsur
akan mendapatkan, kehilangan, atau berbagi elektron untuk mencapai keadaan
penuh delapan/oktet.
Natrium memiliki satu elektron
valensi. Menurut hukum oktet, unsur ini akan bersifat stabil ketika
memiliki delapan elektron valensi. Ada dua kemungkinan bagi natrium untuk
menjadi stabil. Unsur ini dapat memperoleh tujuh elektron untuk memenuhi kulit
M atau dapat kehilangan satu elektron pada kulit M, sehingga kulit L (yang terisi
penuh oleh delapan elektron) menjadi kulit terluar. Pada umumnya, kehilangan
atau mendapatkan satu, dua, bahkan kadang-kadang tiga elektron dapat terjadi.
Unsur tidak akan kehilangan atau mendapatkan lebih dari tiga elektron. Dengan
demikian, untuk mencapai kestabilan, natrium kehilangan satu elektron pada
kulit M. Pada keadaan ini, natrium memiliki 11 proton dan 10 elektron. Atom
natrium yang pada awalnya bersifat netral, sekarang memiliki satu muatan
positif , sehingga menjadi ion (atom yang bermuatan karena kehilangan
atau memperoleh elektron). Ion yang bermuatan positif karena kehilangan
elektron disebut kation.
11Na : 2
. 8 . 1
11Na+ : 2
. 8
Ion natrium (Na+)
memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan neon (10Ne), sehingga
merupakan isoelektron dengan
neon. Terdapat perbedaan satu elektron antara atom natrium dan ion natrium.
Selain itu, reaktivitas kimianya berbeda dan ukurannya pun berbeda.
Kation lebih kecil bila dibandingkan dengan atom netral. Hal ini akibat
hilangnya satu elektron saat atom natrium berubah menjadi ion natrium.
Kalor memiliki tujuh elektron
valensi. Untuk memenuhi aturan oktet, unsur ini dapat kehilangan tujuh
elektron pada kulit M atau mendapatkan satu elektron pada kulit M. Oleh karene
suatu unsur tidak dapat memperoleh atau kehilangan lebih dari tiga elektron,
klor harus mendapatkan satu elektron untuk memenuhi valensi pada kulit M. Pada
keadaan ini, klor memiliki 17 proton dan dan 18 elektron, sehingga klor menjadi
ion dengan satu muatan negatif (Cl-). Atom klorin netral berubah
menjadi ion klorida. Ion dengan muatan negatif karena mendapatkan elektron
disebut anion.
17Cl : 2
. 8 . 7
17Cl- : 2
. 8 . 8
Anion klorida adalah isoelektron
dengan argon (18Ar). Anion klorida juga sedikit lebih besar dari atom
klor netral. Secara umum, kation lebih kecil dari atomnya dan anion sedikit
lebih besar dari atomnya.
Natrium dapat mencapai delapan
elektron valensi (kestabilan) dengan melepaskan satu elektron. Sementara, klor
dapat memenuhi aturan oktet dengan mendapatkan satu elektron. Jika
keduanya berada di dalam satu bejana, jumlah elektron natrium yang hilang akan
sama dengan jumlah elektron yang diperoleh oleh klor. Pada keadaan ini, satu
elektron dipindahkan dari natrium menuju klor. Perpindahan elektron
menghasilkan ion yaitu kation (bermuatan positif) dan anion
(bermuatan negatif). Muatan yang berlawanan akan saling tarik-menarik. Kation
Na+ menarik anion Cl- dan membentuk senyawa NaCl atau
garam meja.
Proses ini merupakan contoh dari ikatan
ionik, yaitu ikatan kimia (gaya tarik-menarik yang kuat yang tetap
menyatukan dua unsur kimia) yang berasal dari gaya tarik elektrostatik (gaya
tarik-menarik dari muatan-muatan yang berlawanan) antara kation dan anion.
Senyawa yang memiliki ikatan ionik sering disebut garam. Pada
natrium klorida (NaCl), susunan antara ion Na+ dan Cl-
membentuk pola yang berulang dan teratur (disebut struktur kristalin).
Jenis garam yang berbeda memiliki struktur kristalin yang berbeda.
Kation dan anion dapat memiliki lebih dari satu muatan positif atau negatif
bila kehilangan atau mendapatkan lebih dari satu elektron. Dengan demikian,
mungkin dapat terbentuk berbagai jenis garam dengan rumus kimia yang
bervariasi.
Proses dasar yang terjadi ketika
natrium klorida terbentuk juga terjadi ketika garam-garam lainnya terbentuk.
Unsur logam akan kehilangan elektron membentuk kation dan unsur nonlogam
akan mendapatkan elektron membentuk anion. Gaya tarik-menarik antara
muatan positif dan negatif menyatukan partikel-partikel dan menghasilkan
senyawa ionik.
Secara umum, muatan ion yang
dimiliki suatu unsur dapat ditentukan berdasarkan pada letak unsur tersebut
pada tabel periodik. Semua logam alkali (unsur IA) kehilangan satu elektron
untuk membentuk kation dengan muatan +1. Logam alkali tanah (unsur IIA)
kehilangan dua elektronnya untuk membentuk kation +2. Aluminium yang
merupakan anggota pada golongan IIIA kehilangan tiga elektronnya untuk
membentuk kation +3.
Dengan alasan yang sama, semua
halogen (unsur VIIA) memiliki tujuh elektron valensi. Semua halogen mendapatkan
satu elektron untuk memenuhi kulit valensi sehingga membentuk anion dengan
satu muatan negatif. Unsur VIA mendapatkan dua elektron untuk membentuk anion
dengan muatan -2 dan unsur VA mendapatkan tiga elektron untuk membentuk anion
dengan muatan -3.
Berikut ini adalah tabel beberapa
kation monoatom (satu atom) umum dan beberapa anion monoatom umum yang
sering digunakan para ahli kimia.
Beberapa
Kation Monoatom Umum
|
|||
Golongan
|
Unsur
|
Nama Ion
|
Simbol Ion
|
IA
|
Litium
|
Kation
Litium
|
Li+
|
Natrium
|
Kation
Natrium
|
Na+
|
|
Kalium
|
Kation
Kalium
|
K+
|
|
IIA
|
Berilium
|
Kation
Berilium
|
Be2+
|
Magnesium
|
Kation
Magnesium
|
Mg2+
|
|
Kalsium
|
Kation
Kalsium
|
Ca2+
|
|
Stronsium
|
Kation
Stronsium
|
Sr2+
|
|
Barium
|
Kation
Barium
|
Ba2+
|
|
IB
|
Perak
|
Kation
Perak
|
Ag+
|
IIB
|
Seng
|
Kation
Seng
|
Zn2+
|
IIIA
|
Aluminium
|
Kation
Aluminium
|
Al3+
|
Beberapa
Anion Monoatom Umum
|
|||
Golongan
|
Unsur
|
Nama Ion
|
Simbol Ion
|
VA
|
Nitrogen
|
Anion
Nitrida
|
N3-
|
Fosfor
|
Anion
Fosfida
|
P3-
|
|
VIA
|
Oksigen
|
Anion
Oksida
|
O2-
|
Belerang
|
Anion
Sulfida
|
S2-
|
|
VIIA
|
Fluorin
|
Anion
Fluorida
|
F-
|
Klorin
|
Anion
Klorida
|
Cl-
|
|
Bromin
|
Anion
Bromida
|
Br-
|
|
Iodin
|
Anion
Iodida
|
I-
|
Hilanganya sejumlah elektron dari anggota unsur logam transisi (unsur golongan B) lebih sukar ditentukan. Faktanya, banyak dari unsur ini kehilangan sejumlah elektron yang bervariasi, sehingga dapat membentuk dua atau lebih kation dengan muatan yang berbeda. Muatan listrik yang dimiliki ataom disebut dengan bilangan oksidasi. Banyak dari ion transisi (unsur golongan B) memiliki bilangan oksidasi yang bervariasi. Berikut adalah tabel yang menunjukkan beberapa logam transisi umum dengan bilangan oksidasi yang bervariasi.
Beberapa
Logam Umum yang Memiliki Lebih dari Satu Bilangan Oksidasi
|
|||
Golongan
|
Unsur
|
Nama Ion
|
Simbol Ion
|
VIB
|
Kromium
|
Krom (II)
atau Kromo
|
Cr2+
|
Krom (III)
atau Kromi
|
Cr3+
|
||
VIIB
|
Mangan
|
Mangan
(II) atau Mangano
|
Mn2+
|
Mangan
(III) atau Mangani
|
Mn3+
|
||
VIIIB
|
Besi
|
Besi (II)
atau Fero
|
Fe2+
|
Besi (III)
atau Feri
|
Fe3+
|
||
Kobalt
|
Kobalt
(II) atau Kobalto
|
Co2+
|
|
Kobalt
(III) atau Kobaltik
|
Co3+
|
||
IB
|
Tembaga
|
Tembaga
(I) atau Cupro
|
Cu+
|
Tembaga
(II) atau Cupri
|
Cu2+
|
||
IIB
|
Raksa
|
Merkuri
(I) atau Merkuro
|
Hg22+
|
Merkuri
(II) atau Merkuri
|
Hg2+
|
||
IVA
|
Timah
|
Timah (II)
atau Stano
|
Sn2+
|
Timah (IV)
atau Stani
|
Sn4+
|
||
Timbal
|
Timbal
(II) atau Plumbum
|
Pb2+
|
|
Timbal
(IV) atau Plumbik
|
Pb4+
|
Kation-kation tersebut dapat memiliki lebih dari satu nama. Cara pemberian nama suatu kation adalah dengan menggunakan nama logam dan diikuti oleh muatan ion yang dituliskan dengan angka Romawi di dalam tanda kurung. Cara lama pemberian nama suatu kation adalah menggunakan akhiran –o dan –i. Logam dengan bilangan oksidasi rendah diberi akhiran –o. Sementara, logam dengan bilangan oksidasi tinggi diberi akhiran –i.
Ion tidak selalu monoatom yang tersusun atas hanya satu atom. Ion dapat juga berupa poliatom yang tersusun oleh sekelompok atom. Berikut ini adalah beberapa ion poliatom penting yang disajikan dalam bentuk tabel.
Beberapa
Ion Poliatom Penting
|
|||
Nama Ion
|
Simbol Ion
|
Nama Ion
|
Simbol Ion
|
Sulfat
|
SO42-
|
Hidrogen
Fosfat
|
HPO42-
|
Sulfit
|
SO32-
|
Dihidrogen
Fosfat
|
H2PO4-
|
Nitrat
|
NO3-
|
Bikarbonat
|
HCO3-
|
Nitrit
|
NO2-
|
Bisulfat
|
HSO4-
|
Hipoklorit
|
ClO-
|
Merkuri
(I)
|
Hg22+
|
Klorit
|
ClO2-
|
Amonia
|
NH4+
|
Klorat
|
ClO3-
|
Fosfat
|
PO43-
|
Perklorat
|
ClO4-
|
Fosfit
|
PO33-
|
Asetat
|
CH3COO-
|
Permanganat
|
MnO4-
|
Kromat
|
CrO42-
|
Sianida
|
CN-
|
Dikromat
|
Cr2O72-
|
Sianat
|
OCN-
|
Arsenat
|
AsO43-
|
Tiosianat
|
SCN-
|
Oksalat
|
C2O42-
|
Arsenit
|
AsO33-
|
Tiosulfat
|
S2O32-
|
Peroksida
|
O22-
|
Hidroksida
|
OH-
|
Karbonat
|
CO32-
|
Ketika suatu senyawa ionik terbentuk, kation dan anion saling menarik menghasilkan garam. Hal yang penting untuk diingat adalah bahwa senyawanya harus netral, yaitu memiliki jumlah muatan positif dan negatif yang sama.
Sebagai contoh, saat logam magnesium
direaksikan dengan cairan bromin, akan terbentuk senyawa ionik. Rumus
kimia atau formula kimia dari senyawa yang dihasilkan dapat ditentukan melalui
konfigurasi elektron masing-masing unsur.
12Mg : 2 .
8 . 2
35Br : 2 .
8 . 18 . 7
Magnesium, merupakan unsur logam
alkali tanah (golongan IIA), memiliki dua elektron valensi, sehingga dapat
kehilangan elektronnya membentuk suatu kation bermuatan +2.
12Mg2+ :
2 . 8
Bromin adalah halogen (golongan VIIA) yang mempunyai tujuh elektron valensi, sehingga dapat memperoleh satu elektron untuk melengkapi keadaan oktet (delapan elektron valensi) dan membentuk anion bromide dengna muatan -1.
35Br- : 2
. 8 . 18 . 8
Senyawa yang terbentuk harus netral,
yang berarti jumlah muatan positif dan negatifnya harus sama. Dengan demikian,
secara keseluruhan, muatannya nol. Ion magnesium mempunyai muatan +2. Dengan
demikian, ion ini memerlukan dua ion bromida yang masing-masing memiliki satu
muatan negatif untuk “mengimbangi” muatan +2 dari ion magnesium. Jadi, rumus
senyawa yang dihasilkan adalah MgBr2.
Pada saat menuliskan nama senyawa
garam, tulislah terlebih dahulu nama logamnya dan kemudian nama nonlogamnya. Sebagai contoh, senyawa yang
dihasilkan dari reaksi antara litium dan belerang, Li2S. Pertama
kali, tulislah nama logammya, yaitu litium. Kemudian, tulislah nama
nonlogamnya, dengan menambah akhiran –ida sehingga belerang (sulfur)
menjadi sulfida.
Li2S : Litium
Sulfida
Senyawa-senyawa ion yang melibatkan
ion-ion poliatom juga mengikuti aturan dasar yang sama. Nama logam ditulis
terlebih dahulu, kemudian diikuti nama nonlogamnya (anion poliatom tidak
perlu diberi akhiran –ida).
(NH4)2CO3
: Amonium Karbonat
K3PO4 :
Kalium Fosfat
Apabila logam yang terlibat
merupakan logam transisi dengan lebih dari satu bilangan oksidasi, terdapat dua
cara penamaan yang benar. Sebagai contoh, kation Fe3+ dengan anion
CN- dapat membentuk senyawa Fe(CN)3. Metode yang
lebih disukai adalah menggunakan nama logam yang diikuti dengan muatan ion yang
ditulis dengan angka Romawi dan diletakkan dalam tanda kurung : Besi (III). Namun,
metode penamaan lama masih digunakan, yaitu dengan menggunakan akhiran –o
(bilangan oksidasi rendah) dan –i (bilangan oksidasi tinggi). Oleh
karena ion Fe3+ memiliki bilangan oksidasi lebih tinggi dari Fe2+,
ion tersebut diberi nama ion ferri.
Fe(CN)3 : Besi
(III) Sianida
Fe(CN)3 : Ferri
Sianida
Tidak semua ikatan kimia terbentuk
melalui mekanisme serah-terima elektron. Atom-atom juga dapat mencapai
kestabilan melalui mekanisme pemakaian bersama pasangan elektron. Ikatan
yang terbentuk dikenal dengan istilah ikatan kovelen. Senyawa kovelen
adalah senyawa yang hanya memiliki ikatan kovelen.
Sebagai contoh, atom hidrogen
memiliki satu elektron valensi. Untuk mencapai kestabilan (isoelektronik dengan
helium), atom hidrogen membutuhkan satu elektron tambahan. Saat dua atom
hidrogen membentuk ikatan kimia, tidak terjadi peristiwa serah-terima
elektron. Yang akan terjadi adalah kedua atom akan menggunakan elektronnya
secara bersama-sama. Kedua elektron (satu dari masing-masing hidrogen) menjadi
milik kedua atom tersebut. Dengan demikian, molekul H2 terbentuk
melalui pembentukan ikatan kovelen, yaitu ikatan kimia yang berasal dari
penggunaan bersama satu atau lebih pasangan elektron antara dua atom. Ikatan
kovalen terjadi di antara dua unsur nonlogam.
Ikatan kovalen dapat dinyatakan
dalam bentuk Struktur Lewis, yaitu representasi ikatan kovelen, dimana
elektron yang digunakan bersama digambarkan sebagai garis atau sepasang dot
antara dua atom; sementara pasangan elektron yang tidak digunakan bersama (lone
pair) digambarkan sebagai pasangan dot pada atom bersangkutan. Pada
umumnya, proses ini melibatkan pengisian elektron pada kulit terluar (kulit
valensi) yang disebut sebagai aturan oktet, yaitu unsur akan berbagi
elektron untuk mencapai keadaan penuh delapan elektron valensi (oktet), kecuali
hidrogen dengan dua elektron valensi (duplet).
Atom-atom dapat membentuk berbagai
jenis ikatan kovelen. Ikatan tunggal terjadi saat dua atom menggunakan
sepasang elektron bersama. Ikatan rangkap dua (ganda) terjadi
saat dua atom menggunakan menggunakan dua pasangan elektron bersama. Sementara,
ikatan rangkap tiga terjadi saat dua atom menggunakan tiga pasangan
elektron bersama.
Senyawa ionik memiliki sifat yang
berbeda dari senyawa kovalen. Senyawa ionik, pada suhu kamar, umumnya berbentuk
padat, dengan titik didih dan titik leleh tinggi, serta bersifat elektrolit.
Sebaliknya, senyawa kovelen, pada suhu kamar, dapat berbentuk padat, cair,
maupun gas. Selain itu, senyawa kovalen memiliki titik didih dan titik leleh
yang relatif rendah bila dibandingkan dengan senyawa ionik serta cenderung
bersifat nonelektrolit.
Ketika atom klorin berikatan secara
kovalen dengan atom klorin lainnya, pasangan elektron akan digunakan bersama
secara seimbang. Kerapatan elektron yang mengandung ikatan kovalen terletak di
tengah-tengah di antara kedua atom. Setiap atom menarik kedua elektron yang
berikatan secara sama. Ikatan seperti ini dikenal dengan istilah ikatan
kovalen nonpolar.
Sementara, apa yang akan terjadi
bila kedua atom yang terlibat dalam ikatan kimia tidak sama? Kedua inti yang
bermuatan positif yang mempunyai gaya tarik berbeda akan menarik pasangan
elektron dengan derajat (kekuatan) yang berbeda. Hasilnya adalah pasangan
elektron cenderung ditarik dan bergeser ke salah satu atom yang lebih
elektronegatif. Ikatan semacam ini dikenal dengan istilah ikatan kovalen
polar.
Sifat yang digunakan untuk
membedakan ikatan kovalen polar dengan ikatan kovalen nonpolar
adalah elektronegativitas (keelektronegatifan), yaitu kekuatan
(kemampuan) suatu atom untuk menarik pasangan elektron yang berikatan. Semakin
besar nilai elektronegativitas, semakin besar pula kekuatan atom untuk
menarik pasangan elektron pada ikatan. Dalam tabel periodik, pada satu periode,
elektronegativitas akan naik dari kiri ke kanan. Sebaliknya, dalam satu
golongan, akan turun dari atas ke bawah.
Ikatan kovelen nonpolar terbentuk bila dua atom yang
terlibat dalam ikatan adalah sama atau bila beda elektronegativitas dari
atom-atom yang terlibat pada ikatan sangat kecil. Sementara, pada ikatan
kovelen polar, atom yang menarik pasangan elektron pengikat dengan lebih
kuat akan sedikit lebih bermuatan negatif; sedangkan atom lainnya akan menjadi
sedikit lebih bermuatan positif. Ikatan ini terbentuk bila atom-atom yang
terlibat dalam ikatan adalah berbeda. Semakin besar beda elektronegativitas,
semakin polar pula ikatan yang bersangkutan. Sebagai tambahan, apabila beda
elektronegativitas atom-atom sangat besar, maka yang akan terbentuk justru
adalah ikatan ionik. Dengan demikian, beda elektronegativitas
merupakan salah satu cara untuk meramalkan jenis ikatan yang akan terbentuk di
antara dua unsur yang berikatan.
Perbedaan
Elektronegativitas
|
Jenis
Ikatan yang Terbentuk
|
0,0 sampai
0,2
|
Kovalen
nonpolar
|
0,3 sampai
1,4
|
Kovalen
polar
|
> 1,5
|
Ionik
|
Ikatan kovalen koordinasi (datif) terjadi saat salah satu unsur menyumbangkan sepasang elektron untuk digunakan secara bersama-sama dengan unsur lain yang membutuhkan elektron. Sebagai contoh, reaksi antara molekul NH3 dan ion H+ membentuk ion NH4+. Molekul NH3 memiliki sepasang elektron bebas yang digunakan bersama-sama dengan ion H+. Molekul NH3 mendonorkan elektron, sedangkan ion H+ menerima elektron. Kedua elektron digunakan bersama-sama.
Pada dasarnya senyawa kovalen
memiliki aturan tata nama yang tidak berbeda jauh dari senyawa ionik. Tulislah
nama unsur pertama, kemudian diikuti dengan nama unsur kedua yang diberi
akhiran –ida.
HCl : Hidrogen Klorida
SiC : Silikon Karbida
Apabila masing-masing unsur terdiri
lebih dari satu atom, prefik yang menunjukkan jumlah atom digunakan. Prefik
yang sering digunakan dalam penamaan senyawa kovelen dapat dilihat pada tabel
berikut.
Prefik
|
Jumlah
Atom
|
Prefik
|
Jumlah
Atom
|
Mono-
|
1
|
Heksa-
|
6
|
Di-
|
2
|
Hepta-
|
7
|
Tri-
|
3
|
Okta-
|
8
|
Tetra-
|
4
|
Nona-
|
9
|
Penta-
|
5
|
Deka-
|
10
|
CO : Monokarbon Monoksida atau Karbon Monoksida
CO2 : Monokarbon
Dioksida atau Karbon Dioksida
Catatan : awalan mono- pada unsur
pertama dapat dihilangkan
SO2 : Sulfur
Dioksida
SO3 : Sulfur
Trioksida
N2O4 :
Dinitrogen Tetraoksida
Senyawa kovalen yang mengandung atom Hidrogen (H) tidak menggunakan tata nama di atas, tetapi menggunakan nama trivial yang telah dikenal sejak dahulu.
B2H6 :
Diborana
PH3 : Fosfina
CH4 :
Metana
H2O : Air
SiH4 :
Silana
H2S : Hidrogen Sulfida
NH3 : Amonia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar